GOA PUTRI PUKES TAKENGON
- Johannes Sitorus
- May 6, 2017
- 4 min read

Mungkin yang terlintas bagi sebagian orang saat mendengar kata Takengon adalah Danau Lut (Laut) Tawar. Ya, memang wisata di Kota Dingin ini yang terkenal adalah Danau Lut (Laut) Tawar karena ukurannya yang luas seperti Danau Toba di Sumatera Utara sehingga orang-orang mudah melihatnya.
Namun di samping itu, jika kita menyusuri tepian danau ini, ada satu destinasi wisata yang letaknya tidak terlalu terlihat seperti tempat wisata. Tempat wisata ini terkait dengan cerita rakyat (legenda) dan orang mengenalnya dengan Goa Putri Pukes.
Jika kita melintasi tepian Danau Laut Tawar, kita bisa mendapati Gua Putri Pukes yang letaknya tidak jauh dari Situs Prasejarah, Loyang Mendale (cerita Loyang Mendale ada di sini). Gua ini menjadi salah satu tempat wisata di Takengon karena berkaitan dengan cerita legenda yang tersebar di Tanah Gayo.
Banyak orang-orang yang datang ke tempat ini karena hanya ingin tahu seperti apa goa yang sudah ada penerangan lampu di dalamnya tersebut. Pada waktu saya dan Tim #PesonaTakengon, Pesona Indonesia ke tempat ini, ada beberapa kelompok wisatawan datang untuk melihat isi dari goa ini.
Berdasarkan cerita rakyat yang diceritakan kembali oleh bang Iwan (guide local) kepada kami, goa ini merupakan tempat berlindung Putri Pukes dari hujan dan petir yang dasyat saat dahulu kala. Lalu siapa Putri Pukes ini? Mengapa namanya bisa menjadi tempat wisata? Begini ceritanya:
“Putri Pukes adalah seorang putri raja dari sebuah desa di Tanah Gayo yaitu Desa Nousar. Raja dan istrinya telah lama menantikan kelahiran seorang anak. Selama penantian kelahiran sang anak, orang tua Putri pun bertekad jika anak yang lahir perempuan, anak ini harus tinggal bersamanya meskipun telah menikah (saat itu juga diceritakan guide local kami jika yang lahir laki-laki, tapi saya lupa apa nazar si raja :D). Setelah beberapa lama menanti kelahiran sang anak, maka lahirlah seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Putri Pukes (Pukes memiliki arti kesayangan).
Singkat cerita, Putri Pukes pun beranjak dewasa dan hendak menikah. Setelah menikah, Putri lebih memilih ikut dengan suaminya ke daerah Samar Kilang di Bener Meriah. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua Putri. Namun, Putri Pukes tetap pada pendiriannya dan akan ikut dengan suaminya.
Sebelum hijrah, Putri pun meminta izin kepada orang tuanya. Dengan berat hati, orang tua Putri mengizinkan dengan syarat di sepanjang perjalanan Putri tidak boleh menoleh ke belakang dengan alasan apapun.
Selama perjalanan Putri hanya bersama pengawalnya, tidak dengan suami (pria & wanita di Aceh dulu tidak boleh terlihat bersama meski sudah menikah). Suatu saat di tengah perjalanan, Putri rindu pada orang tuanya. Akibat rasa rindu tersebut, Putri akhirnya tidak tahan untuk menoleh ke belakang.
Putri melanggar persyaratan yang diberikan oleh orang tuanya dan saat itu terjadilah hujan petir yang sangat dasyat. Untuk menghindari bahaya dari hujan petir, Putri beserta pengawalnya kemudian berlindung di sebuah goa.
Setelah beberapa lama berlindung, para pengawal Putri keluar dari goa untuk melihat keadaan. Namun, saat kembali ke goa, mereka kaget melihat Putri sudah menjadi batu.”
Ya, kurang lebih seperti itulah cerita asal usul terciptanya destinasi wisata Goa Putri Pukes ini. Di dalam goa, kita bisa menemui banyak sekali benda-benda yang terbuat dari batuan seperti Patung Putri Pukes tentunya.

Patung Putri Pukes (foto oleh Salman)
Saat kita memasuki goa ini, benda yang terlihat pertama kali adalah sebuah sumur besar yang ada di tengah. Dengan menuruni anak tangga, kita bisa langsung sampai ke sumur tersebut. Dahulu, sumur ini bisa mengeluarkan air selama tiga bulan dan tiga bulan selanjutnya kering (berdasarkan cerita bang Iwan), begitu seterusnya.

Sumur di dalam Goa Putri Pukes
Tidak jauh dari sumur, Patung Putri Pukes bisa kita temui di sisi kiri sumur. Lokasinya agak masuk ke dalam dan hanya muat kira-kira 5-8 orang untuk melihat bentuk Putri Pukes dengan memainkan imajinasi.
Selain Patung Putri Pukes dan sumur, kita juga bisa menemui tumbukan sirih, patung berhala pada zaman animisme, patung imajinasi, dan batu yang menyerupai muka wanita (lagi-lagi perlu berimajinasi), dll.
Di dalam goa, kita juga bisa menemui batu stalactite yang unik. Tidak seperti batu pada umumnya yang jika diketuk tidak mengeluarkan bunyi, batu ini menimbulkan dengung yang khas jika ada kontak yang dilakukan padanya. Bang Iwan saat itu memperagakan ketukan pada dua batu yang berbeda dan benar saja ada perbedaan suara yang dihasilkan di sana.
Tidak jauh dari lokasi batu yang mengeluarkan bunyi tadi, kami ditunjukkan satu jalan berlorong sempit menuju ke atas oleh bang Iwan. Konon berdasarkan cerita, sang suami Putri Pukes pun ikut menjadi batu saat ingin mendapati sang Putri ke goa ini melalui jalur ini.
Jalur atau jalan berlorong sempit menuju ke atas tersebut sudah tidak bisa dikunjungi oleh wisatawan. Tidak ada penerangan, terdapat tanda silang merah di sana yang mengartikan “sudah cukup sampai di sini” (bukan hubungan kita lho ya :D). Saat saya bertanya ke bang Iwan mengapa daerah tersebut terlarang, beliau menyampaikan bahwa di sana sudah tidak terdapat oksigen lagi yang cukup.

Bang Iwan sedang Mengetuk Stalactite (kiri) dan Lorong Sempit (kanan)
Goa ini bentuknya memutar dimana pintu masuk dan pintu keluar goa menjadi satu. Saat mengeksplore isi goa, kami memulainya dari sisi kiri yang merupakan tempat Patung Putri Pukes, kemudian ke arah tengah tempat sumur dan tembikar.

Tembikar
Ke arah tengah belakang kita bisa menemui batu stalactite yang berdengung jika diketuk dan jalan berlorong sempit yang terlarang. Ke arah kanan, di sana kita bisa menemui patung berhala pada zaman animisme, tumbukan sirih, tempat bertapa. Dan sisi arah paling kanan kita bisa menemui patung imajinasi dan batu menyerupai muka wanita.

Patung Berhala

Tempat Bertapa

Alat Tumbuk Sirih

Patung Imajinasi

Batu Menyerupai Muka Wanita
Jangan lupa kunjungi hashtag #PesonaTakengon #PesonaIndonesia dan akun @pesonaid_travel @indtravel di Instagram untuk melihat keindahan wisata lainnya di Takengon, Aceh Tengah, Nangroe Aceh Darussalam.
Comments